NAMA : MELINIAR
KELAS : KPI D, Semester 2
NPM : 1841010263
EMAIL : meliniar15@gmail.com
1)
Jelaskan Substansi Dakwah Kontekstual Dan Tekstual ?
Dalam mengkaji
Islam beserta makna derivasinya, paling tidak ada dua pendekatan yang
digunakan, yaitu pendekatan teksual dan pendekatan kontekstual. Pendekatan
tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks sebagai sentra kajian Islam
dengan merujuk kepada sumber-sumber suci (pristine source) dalam Islam,
terutama al-Qur‘an dan al-Hadits. Pendekatan ini sangat penting untuk melihat
realitas Islam normatif yang tertulis baik secara eksplisit maupun implisit.
Terbentuknya teks-teks yang ditulis menitikberatkan pada proses
terbentuknya ide-ide, pengetahuan dan pemikiran yang terus dilestarikan sebagai
tradisi akademik. Dari tradisi akademik inilah, perubahan-perubahan muncul,
misalnya dari pembacaan pemikiran Islam tekstual menuju kontekstual, dari
pendekatan mazhabi ke pendekatan interpretasi, dari normatif ideologis ke
kritis-konstruktif, dan Berbagai bentuk lainnya. Pada
titik ini, kuasa politik erat kaitannya dengan pembentukan pengetahuan yang
dalam hal ini dapat ditemukan dalam konstruk kajian pemikiran keislaman di
perguruan tinggi keagamaan Islam.
Kebijakan politik dengan Berbagai program yang
dicanangkan Departemen Agama telah membangkitkan semarak tradisi akademik
dengan kajian-kajian studi Islam yang berlangsung dari tahun 1960 sampai 1970
ini dengan perubahan kajian akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di era globalisasi yang diikuti munculnya persoalan-persoalan baru dimana
perguruan tinggi keagamaan Islam dituntut kontribusinya untuk memecahkan
persoalan-persoalan secara cerdas dan kreatif. Perguruan tinggi keagamaan Islam
antara lain dituntut untuk memperbaiki dan mengembangkan paradigma keilmuan
yang lebih komprehensif dan adaptif. Dari segi ini, ilmu-ilmu keislaman klasik
yang awalnya dijadikan mata kuliah di perguruan tinggi keagamaan Islam kemudian
dilengkapi dengan ilmu-ilmu sosial keislaman. Tidak hanya pengembangan mata
kuliah, namun juga kajiannya perlu diperluas dengan mengintegrasikan Berbagai
disiplin keilmuan, seperti sejarah, bahasa, ilmu dakwah, perbandingan agama,
filsafat, antropologi, dan disiplin keilmuan lainnya. Selain
itu, juga didukung oleh kebijakan pemerintah dalam transformasi kelembagaan
dengan memperluas mandat keilmuan. Melalui model pendekatan integratif yang
diinisiasi oleh intelektual akademik perguruan tinggi keagamaanIslam yang
didominasi alumni luar negeri, bidang-bidang kajian yang dikembangkan menjadi
lebih.
Pemberlakukan
hukum Islam di Indonesia lebih mempunyai daya dukung yang berarti bila hal itu
dimulai dengan kesadaran dan keinginan yang keras dari masyarakat sendiri.
Banyak bidang kehidupan sosial ekonomi yang sekarang mulai secara rational dan sadar
dikerjakan oleh masyarakat sendiri secara Islami. Dimulai dengan berbagai
sistem perbankan, seperti bank syariah, lembaga zakat yang terorganisasi secara
rapi, bentuk sodaqoh infak untuk kaum duafa sebagai dasar pengentasan
kemiskinan sangatlah berpeluang. Demikian juga masalah asuransi jiwa, asuransi
haji dan lain sebagainya yang merupakan ladang untuk menghormati Hak Asasi Manusia.
Hal ini menunjukkan ruang gerak yang semakin luas dan diterima oleh masyarakat.
Jikapun kemudian diperlukan pengaturan yang lebih formal, maka hal itu hanyalah
merupakan penguatan daripada apa yang telah dilakukan oleh masyarakat secara
sukarela. Dalam bahasa filosofisnya, maka hukum yang demikian, bukan merupakan
“command of the souvereign” atau perintah penguasa akan tetapi lebih merupakan
ketentuan hukum yang “accepted by (the majority of ) the people” yaitu hukum
yang bisa diterima oleh mayoritas masyarakat. MUI dalam mengeluarkan fatwanya. Dalam
perkembangannya, penerapan fatwa MUI terhadap hukum islam di indonesia telah banyak
memberikan kontribusi dan menjadi pedoman undang-undang formal dalam bentuk .
Dakwah Islam
merupakan proses penyampaian pesan keIslaman oleh da’i (komunikator/yang
menyampaikan) kepada mad’u (komunikan/yang mendengarkan). Dalam tatapan
sejarah, dakwah merupakan penentu bagi proses difusi dan perkembangan Islam di
seluruh dunia. Tanpanya Islam tidak akan bisa di nikmati oleh umat Islam
dunia termasuk juga muslim Indonesia. Dikatakan demikian, karena pada
awalnya pesan ke-Islaman hanya terpusat pada satu komunikan yaitu Nabi
Muhammad. Keberhasilan dakwah Nabi terjadi karena metode dakwah yang
dilakukanadaptif terhadap budaya lokal bangsa Arab. Metode dakwah
kultural sebagaimana terjadi di masa Nabi, kembali dipraktikkan oleh
parasunan yang akrab disebut Walisongo pada saat menyebarkan Islam di tanah Jawa.
Mereka menyampaikan pesan keIslaman sesuai dengan konteks budaya masyarakat
jawa yang mayoritas Hindu Budha. Pesan keislaman tidak disampaikan
secara tekstual normatif, melainkan disampaikan secara kontekstual
negosiatif.
Mendakwahkan
nilai-nilai Islam diawali dengan penyebaran arti dari agama Islam yang secara
global diartikan sebagai sistem kepercayaan, ibadah, perilaku dan lain-lain
yang didalamnya terkandung aturan (kode etik) dan filosofi.
Meskipun
Al-Qur‟an menjelaskan bahwa Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang
berilmu, akan tetapi ilmu pengetahuan dan logika berfikir manusia tidak
selamanya menjangkau Allah. Sedangkan Al-Qur‟an menempati posisi yang strategis
sebagai petunjuk dan penghubung jalan menuju Allah. Oleh karena itu, komunikasi
dakwah memegang peranan penting untuk menyampaikan. Pesan-pesan
yang secara tekstual dan kontekstual bersumber pada Al-Qur‟an dan Hadits.
2. Jelaskan Substansi
Dakwah Aktual / Bil Hal. Menurut Dahlan Iskan dan Didin Hafiduddin
(disertai dengan contoh disekitar anda) ?
Di samping kata dakwah, dalam referensi utama Islam, al-Qur’an dan
Hadis sebenarnya ada kata lain yang ditujukan kepada umat Islam baik secara
individual maupun kolektif agar menyampaikan hal-hal terkait Islam kepada orang
lain. Kata tersebut adalah tabligh.
Dengan
demikian dakwah dapat dikembangkan dengan memberi layanan kesehatan baik mental
dan spiritual; pendidikan, pendampingan ekonomi, dan lain-lain yang sering
disebut dengan Dakwah bil Hal. Di sinilah pentingnya bersinergi dengan
berbagai pihak untuk mengembangkan gerakan dakwah seperti RS, Dinas Sosial,
LSM, Kepolisian dan TNI, Dinas Pendidikan, Lingkungan Hidup, Lembaga Penyiaran,
Media, dan lain-lain. Hal ini dapat dipahami dari penutup surat Ali Imran ayat
104 wa ula’ika humul muflihun, bahwa untuk menjadi orang atau masyarakat
yang sukses, syaratanya tiga, yaitu yad’una ilal khair, ya’murunan
bilma’ruf, dan yanhauna ‘anil munkar. Ketiganya harus dilakukan atau
dikerjakan bersama-sama dan bersinergi antar unsur masyarakat atau antara
masyarakat dan pemerintah atau aparat.
Dakwah bil-hâl
lebih aktif, dinamis dan praktis melalui berbagai kegiatan dan
pengembangan potensi masyarakat dengan muatan kebaikan dan nilai
normatif. Melalui dakwah model tersebut, masyarakat tidak hanya
terangkat status sosial ekonominya, tapi memiliki substansi semangat
keagamaan yang memadai. Sehingga terdapat keseimbangan antara material
dan imaterial. Manusia modern membutuhkan model dan pendekatan dakwah
yang dapat memecahkan masalah, yang lebih menekankan pada amal
usaha dan karya nyata, dan langsung dapat dinikmati dan mengangkat harkat,
martabat dan kesejahteraan hidup masyarakat. Dakwah yang dimaksud
tentu tidak saja mengarah kepada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan
saja, tapi juga meningkat kesadaran diri (religi) menjadi lebih baik.
Bil-hâl menjadi perbincanganhangat di kalangan umat Islam, seakan menjawab
keresahan masyarakat akan minimnya perhatian objek dakwah terhadap
permasalahan yang tengah dihadapi umat Islam saat ini yakni
kemiskinan
dan kesenjangan ekonomi.
Dakwah merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani
oleh para pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke
jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan yang Islami. Suatu proses
yang berkesinambungan adalah suatu proses yang bukan insidental atau kebetulan,
melainkan benar-benar direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terus
menerus oleh para pengemban dakwah dalam rangka mengubah perilaku sasaran
dakwah sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan
Menurut
Dahlan Iskan Istilah dakwah bil hal hanya ada di Indonesia. Bahkan, di Timur
Tengah saja tak dikenal, Dakwal bil hal di Indonesia, dari hasil penelusuran
saya, patut diduga istilah “dakwah bil hal” itu terucapkan pertama kali oleh
intelektual muda yang juga mulai aktif di MUI zaman itu. Namanya Dr. Effendy
Zarkasi. Setidaknya itulah yang diduga oleh tokoh yang juga sangat aktif dan
juga terlibat dalam kegiatan pemberdayaan umat Adi Sasono. Awal tahun 1970-an
adalah masa di mana gejolak politik di Indonesia luar biasa mencekamnya. Ini
buntut dari peristiwa G-30-S di tahun 1965 yang menghadapkan golongan Islam
dengan golongan komunis. Pada masa itu banyak pemikiran yang muncul untuk
menyikapi akan tulisan yang mengupas dakwah kontekstual sebenarnya telah banyak
dilakukan orang dengan berbagai pendekatan seperti Busairi Harits5 dalam
bukunya berjudul Dakwah Kontekstual: Sebuah Pemikiran Islam Kontemporer yang
mengatakan bahwa dakwah di era sekarang tidak hanya bersifat verbal karena
dalam sistem dakwah mencakup juga komponen sosio-kultural yang sangat luas
sehingga kalau dakwah hanya dipahami secara tekstual maka justru akan mereduksi
makna dakwah itu sendiri. Artinya bahwa kondisi sosial, ekonomi, politik dan
budaya masyarakat moderen tidak bisa hanya dilakukan dengan pendekatan verbal.
Masyarakat telah terbuka dengan teknologi dan telah menjadi bagian dari
kehidupannya sehingga butuh pendekatan lain yang lebih nyata dan konkrit dalam
pendekatan dakwah. Memaknai dakwah dalam arti sempit bi lisan justru akan
mempersempit ruang dakwah Islam, karena Islam tidak hanya dapat diekspresikan
dengan hanya ritual-spiritual saja melainkan harus terimplementasi dalam
kehidupan nyata.
Islam adalah agama dakwah, artinya
agama yang menugaskan umatnya untuk menyebarkan dan mensyiarkan Islam kepada
seluruh umat manusia baik dalam keadaan bagaimanapun dan dimanapun, karena maju
mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitan erat dengan kegiatan
dakwah yang dilakukan Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang menugaskan
umatnya menyebarkan dan menyiarkan Islam kepada seluruh umat manusia sebagai rahmatan
lil alamin. Islam dapat menjamin terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan
manakala ajarannya dijadikan sebagai pedoman hidup dan dilaksanakan secara
konsisten serta konsekuen. Usaha menyebarluaskan Islam dan realisasi terhadap
ajarannya yaitu dengan dakwah. Oleh karena itu, sangat wajar jika Islam
memerintahkan umatnya untuk menjadi pengingat dan pengajak kearah kebaikan dan
pencegah kemungkaran. Maka Islam harus tersebar luas dan penyampaian kebenaran
tersebut merupakan tanggung jawab umat Islam secara keseluruhan, sesuai dengan
misi sebagai “rahmatan lil alamin” membawa kedamaian dan ketenteraman
dalam kehidupan sekaligus sebagai pengantar menuju kebahagiaan dunia dan
akhirat.
Penghayatan dan
pengamalan ajaran agama yang dibawakan oleh para
aparat dakwah/penerang agama. Islam
adalah agama dakwah. Menurut Isa Anshari Islam merupakan agama yang selalu
mendorong umatnya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Sedangkan
dakwah itu sendiri adalah menyampaikan seruan Islam, mengajak dan memanggil
umat manusia agar menerima dan mempercayai keyakinan dan pandangan hidup Islam.
Contoh dari dakawah aktual/ bil
hal adalah pembangunan masjid pada suatu desa secara bersama-sama. Denan
gotong royong meningkatkan tali silaturahmi dan meningkatkan ibadah dengan cara
mengadakan pengajian atau kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat dan
lain-lain.
3. Bagaimana Bentuk
Dakwah Transformatif Yang Akan
Anda Lakukan Setelah Lulus Kuliah (Wisuda), Dan Hal Kecil Apa Yang Sudah Anda
Lakukan Saat Ini Untuk Mewujudkan Dakwah Transformatif Tersebut ?
Setelah saya lulus kuliah nanti, saya akan melakukan dakwah secara
terang-terangan kepada masyarakat yang ada disekitar saya. Saya akan bergabung
dengan oragnisasi masyarakat dengan membantu berkarya untuk pembangunan
masyarakat desa dan memberikan informasi bermanfaat dan membantu masyarakat
dalm memecahkan masalah dengan cara-cara yang menyenangkan dan tidak kaku hanya
ceramah saja. Saya akan membantu masyarakat dalam menjalani roda pembangungan
di desa dan kesejahteraan rakyat dengan ilmu-ilmu yang sudah saya dapatkan
selama berkuliah di fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
Hal-hal kecil yang sudah saya lakukan saat ini adalah dengan rajin
sholat, beribadah, berkuliah mencari ilmu akademk dan nonakademik , belajar
mengaji, giat bakti pada masyarakat, dan memposting ceramah atau kata-kata
ceramah singkat yang sudah terklarifikasi pada media sosial saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar